GEJALA ETIOLASI PADA
TANAMAN
Sinar matahari berguna bagi fotosintesis pada
tumbuhan, namun efek lain dari sinar matahari ini adalah menekan pertumbuhan
sel tumbuhan. Hal ini menyebabkan tumbuhan yang diterpa cahaya matahari akan
lebih pendek daripada tumbuhan yang tumbuh di tempat gelap. Peristiwa ini
disebut dengan etiolasi, yaitu pertumbuhan sel tumbuhan yang sangat
cepat di tempat gelap. Etiolasi merupakan fenomena yang diperlihatkan tumbuhan
yang tumbuh dalam gelap, bercirikan warna pucat, ruas panjang-panjang, dan daun
kecil. Dampak tanaman akibat etiolasi adalah tanaman tidak dapat melakukan
proses fotosintesis. Padahal proses fotosintesis bertujuan untuk menghasilkan
karbohidrat yang berperan penting dalam pembentukan klorofil. Karena
karbohidrat tidak terbentuk, daun pun tanpa klorofil sehingga daun tidak
berwarna hijau, melainkan kuning pucat. Kondisi ini akan mengakibatkan
peningkatan pembentukan akar pada jaringan bagian batang yang mengalami
etiolasi. Bagian batang yang mengalami etiolasi cenderung mempunyai sel-sel
atau jaringan parenkimatis yang lebih banyak selama proses pembentukan akar. (Salisburry,
1995)
Daun dari tumbuhan yang berada di tempat yang
tidak mendapatkan cahaya matahari memiliki ukuran yang lebih sempit, tetapi
jaringan mesofilnya lebih tebal daripada tumbuhan yang hidup pada tempat yang
memperoleh cahaya matahari. Hal ini disebabkan pada tumbuhan yang hidup pada
tempat yang tidak mendapatkan cahaya matahari, transpirasinya rendah sehingga
kandungan air lebih tinggi. Tingginya kandungan air memacu pembelahan sel dan
pelebaran sel. Akan tetapi, berat tumbuhan menjadi lebih rendah karena
aktivitas fotosintesis rendah.
Etiolasi dikendalikan oleh hormon pertumbuhan auksin yang diproduksi di ujung
titik pertumbuhan, yaitu ujung akar dan ujung batang. Auksin berdifusi ke
sel-sel tumbuhan dan ditransportasikan melalui jaringan pembuluh dari ujung
atas tumbuhan ke bawah. Auksin tidak aktif dan akan terurai ketika ada cahaya
matahari. Ketika auksin aktif, maka auksin tersebut akan merangsang pompa
proton di dinding sel yang meningkatkan keasaman dinding sel dan mengaktifkan
enzim ekspansin, enzim yang memecah ikatan kimia di dinding sel, sehingga
dinding sel melemah dan sel mampu berkembang menjadi lebih besar. Oleh karena itu
tanaman akan lebih cepat tumbuh. Pertumbuhan tanaman etiolasi selalu lebih
cepat, tetapi batang tidak tegar karena mengandung banyak air. Akibat tidak ada
sinar matahari maka organ perbanyakan pada tanaman lama-lama mengkerut lalu
mati karena tidak mendapat sumber makanan.
gambar 1 : Perbedaan tanaman di teoat yang terkena cahaya matahari dengan yang tidak terkena cahaya matahari
gambar 2 : kondisi tanaman yang mengalami etiolasi
Produksi auksin terhambat pada tanaman yang
sering terkena sinar matahari. Selain itu, enzim riboflavin pada ujung batang
menyerap sinar nila dari sinar matahari. Sinar nila yaitu sinar perusak
enzim-enzim yang membantu pembentukkan asam indo asetat (Went : 1998).
Auksin adalah hormon
tumbuhan yang memiliki fungsi utama dalam pemanjangan sel tumbuhan. Nama lain
dari hormon ini adalah IAA atau asam indol asetat Pertumbuhan tumbuhan
dipengaruhi oleh aktivitas auksin dalam memanjangkan sel-sel yang baru
membelah. Batang tumbuhan dapat bertambah tinggi, dan akar dapat bertambah
panjang karena jumlah selnya bertambah serta sel-selnya mengalami
pemanjangan. Kerja auksin sendiri sangat
dipengaruhi oleh ada tidaknya cahaya matahari. Cahaya matahari dapat mengganggu
auksin sehingga proses pemanjangan sel menjadi terhambat.
Auksin diproduksi dalam
jaringan meristimatik yang aktif (yaitu tunas , daun muda dan buah) (Gardner,
dkk., 1991). Auxin menyebar luas dalam seluruh tubuh tanaman, penyebarluasannya
dengan arah dari atas ke bawah hingga titik tumbuh akar, melalui jaringan
pembuluh tapis (floem) atau jaringan parenkhim (Rismunandar, 1988).
Auksin atau dikenal juga dengan IAA = Asam Indolasetat (yaitu sebagai auxin utama pada tanaman), dibiosintesis dari asam amino prekursor triptopan, dengan hasil perantara sejumlah substansi yang secara alami mirip auxin (analog) tetapi mempunyai aktifitas lebih kecil dari IAA seperti IAN = Indolaseto nitril,TpyA = Asam Indolpiruvat dan IAAld = Indolasetatdehid. Proses biosintesis auxin dibantu oleh enzim IAA-oksidase (Gardner, dkk., 1991).
Auksin atau dikenal juga dengan IAA = Asam Indolasetat (yaitu sebagai auxin utama pada tanaman), dibiosintesis dari asam amino prekursor triptopan, dengan hasil perantara sejumlah substansi yang secara alami mirip auxin (analog) tetapi mempunyai aktifitas lebih kecil dari IAA seperti IAN = Indolaseto nitril,TpyA = Asam Indolpiruvat dan IAAld = Indolasetatdehid. Proses biosintesis auxin dibantu oleh enzim IAA-oksidase (Gardner, dkk., 1991).
Istilah auksin pertama
kali digunakan oleh Frits Wentyang menemukan bahwa suatu senyawa menyebabkan
pembengkokan koleoptil ke arah cahaya. Pembengkokan koleoptil yang terjadi
akibat terpacunya pemanjangan sel pada sisi yang ditempeli potongan agar yang
mengandung auksin. Auksin yang ditemukan Went kini diketahui sebagai asam indol
asetat (IAA). Selain IAA, tumbuhan mengandung tiga senyawa lain yang dianggap
sebagai hormon auksin, yaitu 4-kloro indolasetat (4-kloro IAA) yang ditemukan
pada benih muda jenis kacang-kacangan, asam fenil asetat (PAA) yang ditemui
pada banyak jenis tumbuhan, dan asam indolbutirat (IBA) yang ditemukan pada
daun jagung dan berbagai jenis tumbuhan dikotil
Mekanisme kerja auksin
adalah dengan menginisiasi pemanjangan sel dan juga memacu protein tertentu
yang ada di membran plasma sel tumbuhan untuk memompa ion H+ ke
dinding sel. Ion H+ mengaktifkan enzim tertentu sehingga memutuskan
beberapa ikatan silang hidrogen rantai molekul selulosa penyusun dinding sel.
Sel tumbuhan kemudian memanjang akibat air yang masuk secara osmosis. Auksin
yang dikombinasikan dengan giberellin dapat memacu pertumbuhan jaringan
pembuluh dan mendorong pembelahan sel ada kambium pembuluh sehingga mendukung
pertumbuhan diameter batang (Salisburry, 1995).
Salah satu teori yang
menerangkan respon auksin terhadap pemanjangan sel adalah acid growth
hypothesis. Dalam teori ini pompa proton (H+) memainkan peran utama dalam
respon auksin terhadap sel. Pompa proton berada di membran sel tumbuhan
dan berfungsi mengeluarkan H+ dari sitoplasma menuju dinding sel. Auksin akan
meningkatkan kerja pompa proton sehingga banyak H+ yang keluar dari sitoplasma
menuju dinding sel. Konsentrasi H+ yang meningkat menyebabkan pH dinding sel
menurun (bertambah asam). Kondisi asam pada dinding sel akan mengaktifkan enzim
ekspansin yang bekerja memutus ikatan hidrogen pada ikatan silang mikrofibril
(serat selulosa). Ikatan silang yang terputus menyebabkan dinding sel menjadi
lebih kendur dan lunak. Hal tersebut akan menyebabkan masuknya ion ke dalam sel
sehingga meningkatkan konsentrasi ion di dalam sel. Konsentrasi ion yang
meningkat akan mempengaruhi masuknya air ke dalam sel secara osmosis. Masuknya
air ke dalam sel menyebabkan tekanan turgor sel meningkat. Tekanan yang
meningkat dan didukung dengan dinding sel yang kendur akan menyebabkan
terjadinya pemanjangan sel. Peristiwa pemanjangan sel terutama terjadi di daerah
pemanjangan sel di ujung batang dan ujung akar. Pengaruh auksin juga
dipengaruhi oleh sinar matahari, sinar matahari dalam intensitas tinggi dapat
mengganggu kerja auksin dan menyebabkan pemanjangan sel terganggu.
Salah satu manfaat
auksin (IBA) yaitu merangsang enzim yang berguna dalam mengaktifkan metabolisme
sel yang salah satunya untuk mengambil oksigen. Oksigen diperlukan untuk proses
oksidasi cadangan makanan yang terdapat dalam benih. Dengan demikian, hasil
oksidasi dapat digunakan untuk pertumbuhan benih. Proses perkecambahan terjadi
karena sel-sel embrional memiliki kemampuan membelah dan bertambah
banyak. Kemampuan tersebut mengakibatkan benih tumbuh menjadi kecambah.
Pertumbuhan akan terus berlanjut terutama pada bagian ujung batang dan akar
pertumbuhan dapat berlangsung jika tersedia makanan yang digunakan untuk
pembentukan akar dan mempertahankan sifat geotropisme. Setelah itu enzim yang
terdapat pada benih akan aktif (Salisburry, 1995).
Auksin disintesis di
pucuk batang dekat meristem pucuk, jaringan muda (misal daun muda) dan terutama
bergerak arah ke bawah batang (polar), sehingga terjadi perbedaan kadar auksin
di pucuk batang dan di akar. Aktivitasnya meliputi perangsangan dan penghambatan
pertumbuhan, tergantung pada konsentrasi auksinnya. Jaringan yang berbeda
memberikan respon yang berbeda pula terhadap kadar auksin yang dapat merangsang
atau menghambat pertumbuhan tanaman (Champbell, 2002).
Ujung batang tanaman
akan selalu tumbuh menuju arah datangnya cahaya matahari. Bagian batang yang
tidak terkena cahaya matahari (membelakangi matahari) akan mengalami
pemanjangan, sedangkan bagian batang yang terkena cahaya matahari (menghadap
matahari) tidak mengalami pemanjangan. Sel-sel batang yang membelakangi cahaya
akan memanjang, padahal bagian yang menghadap matahari tidak bertambah panjang,
akibatnya batang jadi membengkok dan mengarah ke arah datangnya cahaya
matahari.
Auksin sendiri sesungguhnya tidak langsung terganggu oleh
adanya cahaya matahari, yang terjadi adalah auksin terganggu karena pengaruh
molekul xanothin yang timbul karena penyinaran karotenoid. Terganggunya auksin
menyebabkan sel-sel pada daerah yang terkena cahaya tidak bertambah panjang
sehingga pertumbuhannya menjadi terhambat.
Cahaya dengan spektrum (panjang gelombang) tertentu akan
diserap oleh karotenoid sehingga menyebabkan perubahan karotenoid menjadi
xanothin/abscin. Xanothin sendiri merupakan molekul yang dapat menghambat
pertumbuhan tumbuhan. Xanothin mungkin menghambat pemanjangan sel dengan
cara sebagai berikut.
- Menghambat transpor auksin dari jaringan penghasil
- Merusak auksin hingga tidak berfungsi, atau
- Menghambat pelepasan auksin dari jaringan penghasil
Etiolasi adalah kecenderungan tumbuhan untuk menjangkau
sumber cahaya. Dengan keberadaan auksin, tumbuhan akan terus memanjang sampai
titik ujung tumbuhan mendapatkan cahaya yang cukup untuk menghambat produksi
auksin. Penambahan tinggi atau panjang tumbuhan tanpa disertai pertumbuhan
jumlah klorofil menyebabkan terbentuknya warna hijau pucat. Gejala etiolasi
mencakup:
Penambahan tinggi atau
panjang tumbuhan, melemahnya
dinding sel pada daun dan batang, jarak antar ruas tanaman yang lebih panjang,
dan klorosis.
Giberelin merupakan
senyawa isoprenoid yang disintesis dari asetil koenzim A melalui asam
mevalonat, GGPP senyawa CO2 bertindak sebagai donor bagi semua atom karbon,
Diubah kopalil pirofosfat mempunyai sistem 2 cincin , diubah menjadi kauren
dengan sistem 4 cincin. Oksidasi terjadi di retikulum endoplasmik dengan hasil
kaurenol (jenis alkohol), kaurenal (aldehid), asam kaurenoat. Giberelin dibuat
di daun muda, buah yang sedang tumbuh, dan ujung akar. Sintesis giberelin
dipacu oleh hari panjang dan temperatur 20 – 30oC, Giberelin ditranslokasi
lewat berkas pengangkut dan parenkim. (Salisbury, 1995)
Giberelin adalah
senyawa organik yang sangat penting dalam proses perkecambahan suatu biji
karena bersifat pengontrol perkecambahan. Giberelin dibutuhkan untuk pembebasan
α-amilase yang menghasilkan hidrolisis tepung dan perkecambahan. Adapun respon
positif terhadap giberelin terjadi dalam kisaran konsentrasi yang luas, bahkan
kandungan giberelin yang tinggi tidak bersifat racun. Penggunaan giberelin
dapat mempengaruhi besarnya organ tanaman melalui proses pembelahan dan
pembesaran sel. Keutamaan sintesis goberelin pada tanaman tingkat tinggi adalah
meristematik daun,akar dan perkecambahan
Hormon giberelin
merupakan zat pengatur tumbuh yang sering digunakan untuk memperbesar ukuran
hasil panen komoditas pertanian. Oleh karena itulah hormon ini sering dijadikan
faktor kunci dalam perangkaian teknologi inovasi pertanian khususnya dalam hal
memperbesar komoditas panen. Giberelin mampu mematahkan dormansi atau hambatan
pertumbuhan tanaman sehingga tanaman dapattumbuh normal (tidak kerdil), memacu
proses perkecambahan biji, merangsang
pembelahan sel dan perpanjangan, merangsang pembungaan, merangsang produksi
enzim (a-amilase), menyebabkan parthenocarpic (tanpa biji) pengembangan buah,
dan menunda penuaan dalam daun dan buah jeruk.
Dalam hal pembesaran
suatu organ dalam tanaman giberelin tidak bekerja sendiri. Giberelin menjalin
kerjas sama dengan hormon dan ezim lainnya. Giberelin mampu membentuk enzim
yang dapat melunakkan dinding sel terutama enzim proteolitik yang akan
melepaskan amino triptofan sebagai prekusor/pembentuk auksin sehingga kadar
auxin dalam tanaman tersebut meningkat. Secara tidak langsung, giberelin dapat
dikatan mengaktivkan auksin yang dalam tubuh tanaman yang diperlakukan. Auksin
dan giberelin bekerja sama dalam hal pemanjangan sel sehingga kecepatan tumbuh
tanaman meningkat dan daya tumbuh organ tanaman melebihi batas normalnya.
Selain itu giberelin
juga mampu membentuk enzim alpha amilase yang berfungsi sebagai katalisator
pada reaksi perombakan pati menjadi gula sederhana (glukosa) yang memeiliki
karakteristik rasa lebih manis. Sehingga secara logika tanaman yang
diperlakukan dengan giberelin akan meningkat kualitas rasanya dalam hal
kemanisan. Selain itu jika konsentrasi gula meningkat, tekanan osmotik di dalam
sel juga menjadi naik, sehingga ada kecenderungan sel tersebut berkembang.
Pendapat dari ahli
mengenai Cell elongation atau pemanjangan sel adalah giberelin
mendukung pengembangan dinding sel. Penggunaan giberelin akan mendukung
pembentukan enzim proteolitik yang akan membebaskan triptopan sebagai asal
bentuk dari auksin. Hal ini berarti bahwa kehadiran giberelin tersebut akan
meningkatkan kandungan auksin. Mekanisme lainnya menerangkan bahwa giberelin
akan menstimulasi cell elongation , karena adanya hidrolisa pati yang
dihasilkan dari giberelin, akan mendukung terbentuknya α amylase (Abidin,1990).
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zainal.1990.
Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuhan. Bandung :Angkasa.
Campbell, N.A., Reece, J.B., Mitchell, L.G.
2002. Biologi. Alih bahasa lestari, R. et al. safitri, A.,
Simarmata, L., Hardani, H.W. (eds). Erlangga, Jakarta.
Gardner P, et al. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Jakarta: Universitas Indonesia.
Salisbury,
J.W dan Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Bandung : ITB.
sangat bermanfaat informasinya,,, terimakasihhh :)
BalasHapusSaya ingin bertanya, nama lain atau atau umum dari Xanothin atau Abscin itu apa yaa? Karena saya tidak pernah membaca atau menemukan di referensi atau google nama kedua molekul tersebut.
BalasHapusTolong berikan referensi terkait kedua molekul tersesebut